Selasa, 07 Oktober 2008

MEMBACA MASA LALU

“Aku sudah melepaskanmu, dayang,”
katanya ketika membaca Skenario tebal
sehabis merapikan Nostradamus.

Tampaknya dia kehabisan daya setelah
bergumul dengan sejumlah kesengsaraan.

Hari ini adalah hari menjelajah kembali
jalanan kemarin. Ada yang ingin diubahnya
malam berkabut penuh angin serta pikiran
amat lelah.

Engkau barangkali juga berkemas membuang
serpihan demi serpihan kegelisahan dan
akal sehat. Pantai ataukah daun-daun cemara
itu yang tengah mengusik masa lalunya.

“Aku telah berganti rupa sejak kubaca
kembali puisi-puisi dari rahimmu,”
dia meyakinkan jemarinya yang terus-menerus
gemetar bila membayangkan helai rambut
berjatuhan.

“Masa lalu itu,” barangkali
Nostradamus yang membisikinya,
“apakah senantiasa berulang
dan menciptakan ketakutan baru?”

Palembang, November 2001

Tidak ada komentar: